Nasi merupakan menu pokok makanan masyarakat Indonesia. Di
kalangan penyandang diabetes, beberapa masyarakat percaya bahwa makan nasi
kemarin yang sudah agak dingin lebih sehat bagi penyandang diabetes daripada
nasi panas.
Padahal menurut dokter, anggapan tersebut hanya mitos belaka. dr Herry Nursetiyanto, SpPD-KEMD dari RS Puri Cinere, mengatakan bahwa kandungan karbohidrat dan kalori di nasi memang tinggi. Hal ini menimbulkan anggapan yang mengatakan nasi panas mengandung indeks glikemik yang lebih tinggi daripada nasi yang sudah dingin.
Secara pribadi, dr Herry mengatakan tidak percaya dengan anggapan tersebut karena tidak terbukti secara ilmiah. Menurutnya, alasan seseorang lebih doyan mengonsumsi nasi dingin adalah sugesti yang membuat porsi nasinya menjadi lebih sedikit daripada ketika pulen dan panas.
"Mitos itu. Indeks glikemiknya sama saja mau nasi panas atau nasi hari kemarin yang sudah dingin. Saya selalu bilang ke pasien, cuma masalah lidah. Mungkin saja kan kalau nasinya dingin jadinya rasanya kurang enak, kurang sedap, makanya makannya lebih sedikit, ha ha ha," ujar dr Herry berseloroh, ketika ditemui usai temu media Novo Nordisk di Hotel Double Tree, Menteng, Jakarta Pusat, dan ditulis Kamis (4/6/2015).
Hal yang sama juga berlaku untuk nasi merah dan nasi diabetes yang sedang populer belakangan ini. Pada nasi diabetes, jumlah nasi yang dihasilkan lebih banyak sehingga pasien merasa lebih cepat kenyang. Hal ini membuat kadar kalori yang masuk ke dalam tubuh menjadi lebih sedikit sehingga gula darah tetap terjaga.
Yang paling baik menurut dr Herry adalah makan nasi putih panas dengan takaran yang tidak berlebihan dan seimbang nilai gizinya. Untuk itu pasien harus bisa menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan dan mengatur porsi nasi dan lauk agar tidak berlebihan.
"Kalau menurut saya nasi putih itu paling baiklah. Lebih enak juga. Asalkan porsinya tidak berlebihan, dihitung kalori beserta lauknya. Kalau makan nasinya sedikit tapi lauknya banyak kan juga sama saja," pungkasnya.
Padahal menurut dokter, anggapan tersebut hanya mitos belaka. dr Herry Nursetiyanto, SpPD-KEMD dari RS Puri Cinere, mengatakan bahwa kandungan karbohidrat dan kalori di nasi memang tinggi. Hal ini menimbulkan anggapan yang mengatakan nasi panas mengandung indeks glikemik yang lebih tinggi daripada nasi yang sudah dingin.
Secara pribadi, dr Herry mengatakan tidak percaya dengan anggapan tersebut karena tidak terbukti secara ilmiah. Menurutnya, alasan seseorang lebih doyan mengonsumsi nasi dingin adalah sugesti yang membuat porsi nasinya menjadi lebih sedikit daripada ketika pulen dan panas.
"Mitos itu. Indeks glikemiknya sama saja mau nasi panas atau nasi hari kemarin yang sudah dingin. Saya selalu bilang ke pasien, cuma masalah lidah. Mungkin saja kan kalau nasinya dingin jadinya rasanya kurang enak, kurang sedap, makanya makannya lebih sedikit, ha ha ha," ujar dr Herry berseloroh, ketika ditemui usai temu media Novo Nordisk di Hotel Double Tree, Menteng, Jakarta Pusat, dan ditulis Kamis (4/6/2015).
Hal yang sama juga berlaku untuk nasi merah dan nasi diabetes yang sedang populer belakangan ini. Pada nasi diabetes, jumlah nasi yang dihasilkan lebih banyak sehingga pasien merasa lebih cepat kenyang. Hal ini membuat kadar kalori yang masuk ke dalam tubuh menjadi lebih sedikit sehingga gula darah tetap terjaga.
Yang paling baik menurut dr Herry adalah makan nasi putih panas dengan takaran yang tidak berlebihan dan seimbang nilai gizinya. Untuk itu pasien harus bisa menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan dan mengatur porsi nasi dan lauk agar tidak berlebihan.
"Kalau menurut saya nasi putih itu paling baiklah. Lebih enak juga. Asalkan porsinya tidak berlebihan, dihitung kalori beserta lauknya. Kalau makan nasinya sedikit tapi lauknya banyak kan juga sama saja," pungkasnya.
Sumber : http://health.detik.com/read/2015/06/04/095919/2932960/763/makan-nasi-kemarin-lebih-sehat-bagi-penyandang-diabetes-dokter-itu-mitos?l992203755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar